Minggu, 26 Januari 2014

Sejarah Singkat Merga/Marga Perangin-angin : Tinjauan Secara Googlelitik

Beberapa Artikel Tentang Sejarah Marga Perangin-angin

1. Wikipedia

Sejarah [sunting]
Kerajaan Karo [sunting]

Kabupaten Karo saat ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Aru.

Selanjutnya juga pernah ada 5 kebayakan (kerajaan) di Tanah Karo:
Kerajaan Sibayak Lingga (asal mula Marga Karo-Karo Sinulingga)
Kerajaan Sibayak Sarinembah (asal mula Marga Sembiring Meliala)
Kerajaan Sibayak Suka (asal mula Marga Ginting Suka)
Kerajaan Sibayak Barusjahe (asal mula Karo-KaroBarus)
Kerajaan Sibayak Kutabuluh (asal mula Marga Perangin-angin)
Kerajaan Sukapiring Seberaja (asal mula marga Karo Sekali)
Kepala Pemerintahan [sunting]

Tercapainya kondisi pemerintahan yang aman, stabil dan terkendali, tidak terlepas dari berbagai usaha pembinaan yang ditempuh pemerintahan Kabupaten Karo bersama instansi terkait termasuk peran Kepala Daerah kepada masyarakatnya.

Bupati saat ini adalah DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti. Menurut buku resmi Pemda Kab. Karo tahun 2007 terdapat 5 kepala daerah dan 14 bupati yang pernah memimpin daerah ini sejak zaman kolonial hingga zaman kemerdekaan yaitu :
Sebayak Ngerajai Sembiring Meliala; 1943-1946
Mayor Moh.Kasim; 1946
Rakutta Sembiring Brahmana; 1946-1947
Raja Kelelong Sinulingga; 1947-1949
Rejin Perangin-angin; 1950
Rakutta Sembiring Brahmana; 1950-1953
T. Raja Purba; 1953-1957
Abdullah Eteng; 1957-1960
Matang Sitepu; 1960-1966
Baharudin Siregar; 1966-1969
Tampak Sebayang; 1969-1980
Rukun Sembiring; 1980-1985
Menet Ginting; 1985-1990
Rupai Peranginangin; 1990-1994 (setahun sebelum jabatannya berakhir, beliau meninggal dunia karena sakit)
Daulat Daniel Sinulingga; 1995-2000
Sinar Perangin-angin; 2000-2005
Daulat Daniel Sinulingga; 2005-2010
Geografis [sunting]

Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 02° 50' sampai 03° 19' Lintang utara dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur timur.
Sungai [sunting]

Kabupaten Karo yang terletak di ketinggian 1400 meter diatas permukaan laut, merupakan daerah hulu sungai (DHS) bagi sejumlah sungai primer di Sumatera Utara. Tidak Kurang 50 buah sungai ada di daerah ini. Sebagian besar bermuara ke selat Malaka atau Pantai Timur sedangkan 1 buah bermuara ke Danau Toba. Sungai-sungai yang bermuara ke pantai Timur adalah Lau Biang, Lau Bengap, Lau Borus, Lau Gunung dan lain-lain. Sementara sungai yang bermuara ke Danau Toba adalah sungai yang mewujudkan air terjun Sipiso-piso.
Gunung [sunting]


Di daerah daratan tinggi Karo dan sepanjang pegunungan Bukit Barisan terdapat sejumlah puncak atau gunung. Dua diantaranya gunung berapi aktif yaitu: Gunung Sinabung (2412 meter) dan Gunung Sibayak (2172 meter). Selain kedua gunung berapi tersebut, masih terdapat sejumlah gunung lainnya yang tinggi belum diukur sperti gunung Ketaren, gunung Barus, gunung Sibuaten, gunung Macik, gunung Sipiso-piso, gunung Sembah Bala, gunung Kutu, gunung Pabo, gunung Singkut, gunung Gajah, gunung Pertekteken dan lainnya.
Danau [sunting]


Di Kabupaten Karo terdapat dua buah Danau yang cukup luas dan terkenal yaitu sebagian Danau Toba (Tongging) dan Danau Lau Kawar yang memiliki luas lebih kurang 200 Ha. Danau Lau Kawar ini diapit oleh alam pegunungan yang dikelilingi hutan tropis. Di tepi Danau Lau Kawar terbentang lahan seluas 3 hektar yang digunakan turis lokal maupun asing untuk berkemah.

Sumber Artikel : http://id.wikipedia.org/


2. Sejarah Marga Perangin-angin

Marga Perangin-angin merupakan salah satu marga yang terdapat dalam suku karo. Merga Perangin-angin terbagi atas beberapa sub merga, yakni : 

Peranginangin Sukatendeli Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerah Binje dan Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di Sukatendel. Di daerah Kuta Buloh, merga ini terbagi menjadi :

Peranginangin Kuta Buloh Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi Melayu.

Peranginangin Jombor Beringen Merga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh, Mburidi, Belingking,. Sebagian menyebar ke Langkat mendirikan kampung Kaperas, Bahorok, dan lain-lain.

Peranginangin Jenabun Merga ini juga mendirikan kampong Jenabun,. Ada cerita yang mengatakan mereka berasal dari keturunan nahkoda (pelaut) yang dalam bahasa Karo disebut Anak Koda Pelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada hutan (kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertama nahkoda tersebut tinggal.

Peranginangin Kacinambun Menurut cerita, Peranginangin Kacinambun datang dari Sikodon-kodon ke Kacinambun.

Peranginangin Bangun Alkisah Peranginangin Bangun berasal dari Pematang Siantar, datang ke Bangun Mulia. Disana mereka telah menemui Peranginangin Mano. Di Bangun Mulia terjadi suatu peristiwa yang dihubungkan dengan Guru Pak-pak Pertandang Pitu Sedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir (sakat) kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk (ersepah), kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi. Mungkin pada waktu itu terjadi gempa bumi di kampung itu. Akibatnya penduduk Bangun Mulia pindah. Dari Bangun Mulia mereka pindah ke Tanah Lima Senina, yaitu Batu Karang, Jandi Meriah, Selandi, Tapak, Kuda dan Penampen. Bangun Penampen ini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di Batu Karang, merga ini telah menemukan merga Menjerangdan sampai sekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang. 
Merga ini juga pecah menjadi :

Keliat Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.

Beliter Di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernama Beliter dan penduduknya menamakan diri Peranginangin Beliter. Menurut cerita, mereka berasal dari merga Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampung bernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatara kedua nama kampung tersebut. Penduduk kampung itu di sana juga disebut Peranginangin Beliter.

Peranginangin Mano Peranginangin Mano tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun, Peranginangin Mano sekarang berdiam di Gunung, anak laki-laki mereka dipanggil Ngundong.

Peranginangin Pinem Nenek moyang Peranginangin Pinem bernama Enggang yang bersaudara dengan Lambing, nenek moyang merga Sebayang dan Utihnenek moyang merga Selian di Pakpak.

Sebayang Nenek Moyang merga ini bernama Lambing, yang datang dari Tuha di Pak-pak, ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung Kuala, Kuta Gerat, Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi (Langkat), dan lain-lain. Merga Sembayang (Sebayang) juga terdapat di Gayo/Alas.

Peranginangin Laksa Menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetap di Juhar.

Peranginangin Penggarun Penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila (suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.

Peranginangin Uwir
Peranginangin Sinurat Menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karo bermarga Sinurat seperti Karang dan Dautta, merga ini berasal dari Peranginangin Kuta Buloh. Ibunya beru Sinulingga, dari Lingga bercerai dengan ayahnya lalu kawin dengan merga Pincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru tulis merga Pincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir merga Sinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergi dari Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi nama sesuai perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.

Peranginangin Pincawan Nama Pincawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanya perang urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu. Mereka pada waktu itu sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.

Peranginangin Singarimbun Peranginangin Singarimbun menurut cerita budayawati Karo, Seh Ate br Brahmana, berasal dari Simaribun di Simalungun. Ia pindah dari sana berhubung berkelahi dengan saudaranya. Singarimbun kalah adu ilmu dengan saudaranya tersebut lalu sampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjong Pulo) sekarang. Disana ia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun, Mardingding, dan Tiga Nderket.

Peranginangin Limbeng Peranginangin Limbeng ditemukan di sekitar Pancur Batu. Merga ini pertama kali masuk literatur dalam buku Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH berjudul Sejarah dan Kebudayaan Karo.

Peranginangin Prasi Merga ini ditemukan oleh Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH di desa Selawang-Sibolangit. Menurut budayawan Karo Paulus Keliat, merga ini berasal dari Aceh, dan disahkan menjadi Peranginangin ketika orang tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru.




Kiras Bangun/Garamata
3. Merga yang Termasuk Perangin-Angin dan Perkampungan Asalnya  BangunBenjerangKacinambunKeliatLaksaLimbengManoNamohajiPencawanPenggarusPeranginanginPerbesi,PinemSebayangSingarimbunSinuratSukatendelTanjungUlunjandiUwir


Perangin-angin adalah satu Marga Pokok /Induk dari Merga (Marga) Silima.

Setidak-tidaknya saat ini Marga Perangin-angin memiliki 19 Sub Merga, pada kondisi ini maka Perangin-Perangin menjadi Perkumpulan (Karo: Persadaan) dari sub Merga yang sebenarnya adalah Merga, Sehingga Perkumpulan ini disebut Persadaan Perangin-angin Mergana.

Berikut Merga-Merga yang termasuk Perangin-angin dan Kampung asalnya mengutip dari wikipedia.org. Jika ada tambahan dan koreksi silahkan Login dan balas topik ini (Lihat di bagian bawah) atau hubungi petugas kami disini.

Photo: Kiras Bangun (Gara Mata) Pahlawan Nasional yang di makamkan di Desa Batu Karang, Kec. Payung Kabupaten Karo (Photo: http://3.bp.blogspot.com)

Sumber Artikel : http://batak.web.id/

4 komentar:

  1. Apakah marga bangun dengan sihombing sama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya rasa tdk sama, karena bangun itu batak karo dan sihombing batak toba,atau kalo sihombing masuk ke batak karo di samakan lah dengan bangun, atau sebaliknya

      Hapus
  2. Apakah nenek monyang karo terdiri dari berbagai asal usul ?? Artinya bahwa KARO nenek monyangnya bukan berasal dari satu orang kan?

    Misalnya kerajaan Aru di sunggal konon mrnurut literatur sudah sangat Tua. Tapi kerajaan aru adalah bdrmarga surbakti... oaallah.

    Sedangkan kalo menurut blok ini marga perangin angin aja banyak asal usul nenek monyangnya. Ya ?

    BalasHapus
  3. sumber sejarah kan banyak, ada versi a dan ada versi b dst...

    BalasHapus